"SALING BERBAGI DAN MENGASIHI MENCARI RIDHO ILLAHI"

"Bersyukur" Tambah Nikmat



Allah Tambah Nikmat Jika Bersyukur
                Sadar atau tidak, hidup manusia di alam fana ini tidak bisa terlepas dari nikmat dan rahmat Allah.               Nikmat yang dikaruniakan Allah kepada manusia tidak terhitung banyaknya. Jumlahnya tidak dapat dihitung dan ditimbang. Ini jelas dinyatakan Allah dalam firman-Nya yang artinya:
                "Dan sekiranya kamu menghitung nikmat Allah, niscaya tidak dapat menghitungnya. Sesungguhnya Tuhan itu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (Surah an-Nahl:ayat 18).
                Meneliti kejadian dan karunia anggota badan yang utama pada tubuh manusia seperti kaki, tangan, perut, mulut, telinga, hidung dan mata, sudah cukup bagi kita membuat kesimpulan betapa berkuasa, agung dan murahnya Allah serta betapa lemah dan tidak berdayanya manusia yang menghuni alam fana ini. 
        Anggota badan itu pula dijadikan Allah dengan rapi dan lengkap serta dapat bergerak dan berfungsi serentak pada waktu yang sama. Sambil melihat, kita dapat bercakap, mendengar, menghirup udara, berjalan dan sebagainya.
                Imam Al Ghazali mendefisinikan nikmat itu sebagai: setiap kebaikan, kelezatan dan kebahagiaan serta setiap kebahagiaan hidup 'ukhrawi' - 'hari akhirat yang kekal abadi.'
                Secara umum, nikmat yang dikaruniakan Allah kepada setiap orang manusia dapat dibagi menjadi dua yaitu:
1.       Nikmat bersifat 'fitri' yaitu nikmat yang dibawa oleh manusia ketika dilahirkan.
2.       Nikmat mendatang yaitu nikmat yang diterima dan dirasakan dari masa ke masa.
Nikmat bersifat fitri itu digambarkan oleh Allah dalam firman-Nya yang artinya:
                "Dan Tuhan melahirkan kamu dari perut ibumu tanpa mengetahui apa-apa. Dan (kemudian) diberinya kamu pendengaran, penglihatan dan hati supaya kamu bersyukur - berterima kasih." - (Surah an-Nahl, ayat 78).
                Sesungguhnya manusia ini dilahirkan ke dunia dalam keadaan telanjang bulat. Tetapi dilengkapi dengan alat yang diperlukan dalam perjuangan hidup ini. Dalam ayat di atas, yang dimaksudkan dengan kelengkapan itu ialah telinga, mata dan hati (akal).
                Adapun nikmat yang kedua yaitu nikmat yang dianggap mendatang itu ialah segala kenikmatan, kelezatan, kebahagiaan dan sebagainya yang diterima oleh manusia dalam perjalanan hidupnya.
                Segala sesuatu yang ada di alam ini, bermula dari tanam-tanaman sampailah kepada binatang ternak dan barang logam, semuanya diperuntukkan supaya dapat dimanfaatkan oleh manusia. Keadaan dan kenyataan ini dijelaskan oleh Allah dengan firman-Nya yang artinya:
                "Tidakkah mereka mengetahui berapa banyaknya umat-umat sebelum mereka yang telah Kami binasakan, bahwasanya orang-orang (yang telah Kami binasakan) itu tiada kembali kepada mereka"(31). Dan setiap mereka semuanya akan dikumpulkan lagi kepada Kami (32). Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah bumi yang mati. Kami hidupkan bumi itu dan Kami keluarkan dari padanya biji-bijian, maka daripadanya mereka makan(33). Dan Kami jadikan padanya kebun-kebun kurma dan anggur dan Kami pancarkan padanya beberapa mata air, (34) supaya mereka dapat makan dari buahnya, dan dari apa yang diusahakan oleh tangan mereka. Maka mengapakah mereka tidak bersyukur? (35) ( Q.S. Yasin 31-35)

                Lumrahnya, seorang manusia itu hanya akan menyadari nikmat yang dikaruniakan Allah kepadanya apabila nikmat itu hilang atau terlepas dari dirinya (dicabut oleh Allah).
                Andai kata matanya rusak sebelah, kaki atau tangannya patah seumpama itu terjadi pada dirinya, maka ketika itulah baru terasa sungguh-sungguh bagaimana nikmatnya mempunyai dua biji mata, mempunyai kaki dan tangan tidak cacat.
                Sesungguhnya nikmat kesehatan betul-betul dirasakan apabila kita sakit. Seorang yang berkuasa atau berpangkat yang memegang kekuasaan, setelah jatuh atau dipecat dari kekuasaannya serta gelar yang disandangnya hilang maka barulah mereka sadar akan nikmat yang begitu besar yang diberikan oleh Allah kepadanya.
                Oleh karena itu peliharalah setiap nikmat yang diperoleh. Bersyukur dan berterima kasihlah kepada Allah Yang Maha Kuasa supaya nikmat itu terus bisa kamu rasakan.
                Syukur dapat berarti Mengerti bahwa semua nikmat yang ada pada diri seorang hamba, baik yang lahir maupun yang batin, semuanya pemberian dari Allah sebagai nikmat untuk hamba-Nya. Bersyukur tidak hanya diucapkan dalam lisan saja karena syukur merupakan salah satu wujud dari keimanan manusia. Yaitu syukur diucapkan secara lisan di syukuri dalam hati dan diwujudkan dalam perbuatan.
                Wujudnya orang yang bersyukur kepada Allah akan memperbanyak ucapan syukur dan terima kasih kepada-Nya, lebih memperbanyak ibadah kepada Allah dan berbagi kegembiraan kepada sesama manusia. Bisa diambil beberapa contoh misalnya :
ü  Dengan lebih memantapkan keimanan kepada Allah.
ü  Sholatnya harus lebih khusyuk.
ü  Memperbanyak sholat sunah.
ü  Sering bersilaturahmi kepada tetangga dan sanak saudara.
ü  Berbagi kegembiraan dengan memperbanyak shodaqoh kepada orang yang lebih membutuhkan.
                Sesungguhnya bersyukur kepada Allah adalah wajib bagi setiap manusia. Ini jelas dari firman-Nya yang artinya:
                "Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezki yang telah diberikan Allah kepadamu; dan syukurilah nikmat Allah, jika kamu hanya kepada-Nya saja menyembah. " - (Surah an-Nahl, ayat 114).
                Lawan syukur ialah kufur. Seseorang yang telah diberikan nikmat oleh Allah dan orang itu berterimakasih atau bersyukur bukan kepada Allah melainka selain-Nya, maka sesungguhnya mereka mengkufuri nikmat dari yang dianugerahkan kepadanya.
                Seseorang yang memukul orang lain yang tidak bersalah dengan tangannya, maka orang itu  termasuk mengkufuri nikmat, sebab tangan yang diberikan oleh Allah kepada kita difungsikan untuk membantu meringankan beban saudara, berjihad dan perbuatan positif lainya.
                Seseorang itu dianggap tidak menggunakan nikmat matanya karena mengkufuri nikmat mata apabila menggunakannya untuk melihat wajah perempuan yang bukan muhrimnya dan sebaliknya serta melihat hal-hal yang negatif lainya.
                Mata dijadikan Allah untuk melihat perkara yang mendatangkan kebaikan bagi agama dan dunia. Sebab itu mata hendaknya dipelihara dan dijaga dari melihat perkara yang mendatangkan bahaya dan mudarat. Sikap syukur itu sendiri nantinya juga manusia yang akan mendapatkan keuntungan. Allah tidak mendapat keuntungan apa-apa dari perbuatan syukur yang dilakukan oleh hamba-Nya. Sebaliknya, Allah  juga tidak akan rugi dengan sikap kufur dan ingkar yang dilakukankan oleh manusia.
                Perkara ini dijelaskan oleh Allah melalui firman-Nya yang berarti:
                "Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari AI Kitab: "Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip." Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, iapun berkata: "Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia." (Surah al-Naml, ayat 40).
                Orang yang bersyukur jiwanya akan menjadi semakin bersih. Dia akan bertambah dekat kepada Allah dan semakin sadar bahwa nikmat itu adalah karunia Illahi yang perlu dipergunakan untuk kebaikan kepada sesama manusia dan beribadah kepada Allah SWT.
                Seseorang yang mempunyai kekayaan, maka kekayaan itu hendaklah digunakan pula untuk keperluan kebaikan seperti membantu fakir miskin, membantu anak-anak yatim serta menolong orang yang memerlukan dan lain sebagainya.
                Orang berpangkat dan berkuasa hendaklah melakukan kebaikan terhadap orang di bawah atau rakyat jelata. Sesungguhnya bagi orang bersyukur maka nikmat yang diperolehnya semakin bertambah. Ini jelas dinyatakan Allah dengan firman-Nya yang berarti:
                Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih."  (Surah Ibrahim, ayat 7).
                Sadar akan pentingnya sikap ini, maka syukurilah nikmat yang dikaruniakan oleh Allah kepada kita baik nikmat lahir atau batin.
                Mudah-mudahan dengan kita berusaha mensyukuri segala nikmat yang diberikan oleh Allah kepada kita, maka nikmat itu akan kekal berterusan bersama kita dan hidup kita pun akan mendapat keridhaan Allah sehingga terselamatkan kehidupan kita baik didunia ini sampai kelak nanti di akherat. Amin...

Tidak ada komentar: