"SALING BERBAGI DAN MENGASIHI MENCARI RIDHO ILLAHI"

OPTIMIS DI TAHUN BARU 2012 M/1433 H.




OPTIMIS DI TAHUN BARU


Setiap kita yang telah berikrar menjadi muslim dan mukmin harus senantiasa melakukan kebaikan, membangun amal unggulan dan meningkatkan prestasi hidupnya. Karena setiap manusia akan kembali hanya dengan baik dan buruknya amal selama menjalani kehidupan yang fana (sirna/sementara) ini. Allah berfirman: “Yang menjadikan mati dan hidup, supaya dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. dan dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. (QS Al-Mulk 67:2)
Rasulullah SAW bersabda: “Tiga perkara yang mengikuti mayit; harta, keluarga dan amalnya. Yang kembali dua dan satu yang bersama dengannya. Yang kembali adalah harta dan keluarganya. Dan yang bersama dengannya adalah amal.” HR Imam Muslim.
Urgensi Muhasabah (Evaluasi Diri)
Di tahun baru, baik Hijriyah maupun Masehi, kita perlu melakukan evaluasi. Atau yang sering disebut dengan sebutan “muhasabah”. Muhasabah (evaluasi) sangat urgent dalam mengelola dan meningkatkan kualitas kehidupan kita. Karena dengan melakukan evaluasi atau muhasabah, kita akan mengetahui data kekurangan dan kelemahan selama setahun yang berlalu. Kita akan melihat sejauh mana target yang telah kita raih dan keberhasilan out-put yang telah kita rencanakan pada tahun yang lalu.
Oleh karenanya, Allah SWT menegaskan tentang hal ini dalam firman-Nya sebagai berikut: “Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang Telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” QS 59:18
Rasulullah SAW bersabda: “Orang yang cerdas (dalam menyikapi kehidupan) adalah orang yang melakukan evaluasi dan beramal untuk hidup setelah mati. Orang yang lemah adalah orang yang mengikuti hawa nafsunya dan berangan-angan apa yang disisi Allah.” HR Imam At-Tirmidzi.
Umar bin Khathab ra juga menganjurkan melakukan muhasabah dalam kehidupan ini. Beliau berkata: “hisablah dirimu sebelum kamu dihisab, berhiaslah (dengan amal kebaikan) untuk perhelatan akbar (hari pembalasan). Karena sesungguhnya hisab yang sangat ringan pada hari Kiamat adalah orang yang senantiasa melakukan muhasabah pada waktu di dunianya.”
Obyek Muhasabah
Muhasabah bisa kita lakukan pada hal-hal yang berkaitan dengan: diri kita dan Allah SWT, kita dan keluarga, kita dan masyarakat dan bahkan, muhasabah juga berkaitan dengan sebesar apa kontribusi kita pada bangsa dan ummat selama ini.
Diri Kita dan Allah SWT
Di bagian ini, kita melakukan muhasabah berkaitan dengan keislaman diri kita, keimanan yang bersemayam pada diri kita dan ketaqwaan yang menghiasi kehidupan kita. Coba kita renungkan kembali tiga factor penting dalam  kehidupan kita yaitu; aqidah, ibadah dan akhlaq.
Sudahkah kita beraqidah sesuai dengan apa yang diinginkan Islam? Aqidah yang bersih dari noda hitam kekufuran, kesyirikan dan kemunafikan. Aqidah yang memberikan energy baru KETAATAN, KEOPTIMISAN, KEBERANIAN dan KEISTIQAMAHAN dalam menjalani hidup di bawah naungan Islam. Sudahkan kita beribadah dengan landasan keikhlasan kepada Allah dan mengikuti sunnah Rasulullah? Selama setahun bagaimana kita beribadah? Apa saja yang perlu diperbaiki dan ditingkatkan kualitas pelaksanaannya. Bagaimana kita menjaga kewajiban-kewajiban ibadah kita? Sejauh mana kita ihsan dan khusyu’ dalam setiap ibadah. Seringkah kita berjama’ah di masjid yang menjadikan hati ini senantiasa jatuh cinta pada masjid. Seperti salah satu dari delapan golongan yang dinaungi Allah SWT (qalbuhu mu’allaqun bil masjid). Begitu juga soal tilawah dan tadabbur kita pada Al-Quran.
Allah SWT berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, ruku’lah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan.” (QS 22:77)
Diri Kita dan Keluarga
Membangun mahligai keluarga yang islami, bahagia dan sejahtera adalah cita-cita setiap muslim. Keluarga yang selalu bersandarkan pada rambu-rambu islami dalam pengelolaan, pembinaan dan pemberdayaannya. Mawaddah wa rahmah (cinta kasih) selalu membingkai pengelolaan rumah tangga ini. Yang akhirnya melahirkan keluarga sakinah. Keluarga yang terdiri dari suami yang qawwam (bertanggung jawab), istri shalehah dan anak-anak yang menjadi penyejuk mata.
Coba kita renungkan kembali rumah tangga kita sekarang. Sudahkah sesuai dengan visi misi keislaman kita dalam membangun rumah tangga selama ini? Bagaimana pembinaan dalam keluarga kita? Istri dan anak-anak kita saat ini, sudahkah kita memperhatikan keislaman dan keimanan mereka? Allah SWT berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS 66:6).
Diri Kita dan Masyarakat
Kesalehan pribadi yang kita miliki harus bisa dirasakan oleh masyarakat sekitar kita. Yang akhirnya kesalehan ini menjelma menjadi kebaikan secara kolektif sepanjang masa. Ia tidak hanya menunggu momentum tertentu saja. Karena ia telah menjelma menjadi budaya, karakter dan tabiat individu muslim di masyarakatnya. Inilah cahaya yang di mana setiap individu muslim berjalan dengan cahaya ini di tengah masyarakatnya.
Oleh karenanya, bertepatan dengan tahun baru sekarang perlunya kita bertanya kembali kepada diri kita. Bagaimana keterlibatan kita dengan berbagai permasalahan yang timbul di sekitar kita? Apakah kesalehan dan kebaikan diri kita telah menjelma menjadi budaya positif di tengah masyarakat kita? Sejauh mana kontribusi riil yang telah kita berikan kepada tetangga dan masyarakat sekitar kita?
Allah SWT berfirman: “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang tua, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri,” (QS 4:32)
Mubaadarah (Bersegera)
Dengan melakukan muhasabah atau evaluasi, kita sudah bisa memetakan kekurangan yang perlu dibenahi, kebaikan yang perlu ditingkatkan dan solusi yang perlu dilakukan. Peta inilah yang kemudian kita jadikan bahan untuk menyusun dan merumuskan perencanaan, program dan strategi ke depan. Setelah ada perencanaan dan strategi untuk mengisi tahun baru, maka perlunya mubadarah (bersegera) dalam beramal. Jangan biarkan kita menunggu- nunggu waktu atau bahkan waktu berlalu tanpa ada kegiatan yang bermanfaat sesuai dengan strategi yang telah direncanakan.
Ibnu Umar ra berkata: “bila kamu di waktu sore janganlah tunggu waktu pagi, dan bila kamu di waktu pagi janganlah tunggu waktu sore. Gunakan sehatmu sebelum sakitmu dan hidupmu sebelum matimu.” Imam Bukhari. Rasulullah SAW bersabda: “Bersegeralah melakukan amal sebelum datangnya ujian/fitnah…” Imam Muslim.
Mujahadah (Optimalisasi)
Bersegera dalam beramal saja belum bisa menjamin mencapai sasaran dan target yang diinginkan. Maka bersegera atau mubadarah harus dibarengi dengan mujahadah (optimalisasi) dalam melakukan amal. Karena sifat mujahadah akan melahirkan semangat, daya juang dan daya gerak yang tak pernah berhenti untuk menemukan target atau melahirkan output yang telah dicita-citakan.
Rasulullah SAW pernah bersabda kepada sahabat Ali bin Abu Thalib ra ketika diberikan bendera sebelum perang Khaibar: “….imsyi wa laa taltafit (berjalanlah dan jangan tengok-tengok).” Imam Muslim.
Di sini, Rasulullah SAW mengingatkan sahabat Ali ra untuk serius dan istiqamah tanpa terpengaruh kanan kirinya dalam menjalankan tugas sampai Allah SWT memberikan kemenangan. Sebagaimana kita, tidak boleh terpengaruh oleh faktor x yang merugikan dalam mengemban amanah dan masuliah (tanggung jawab) yang berkaitan dengan diri kita, keluarga, masyarakat dan bangsa ini.
Oleh karenanya, mari kita menguatkan niat kita untuk bersegera dan bermujahadah dalam melakukan perbaikan-perbaikan yang berkaitan dengan diri, keluarga, masyarakat dan bangsa kita dalam tahun baru ini. Agar kita menjadi model muslim yang ideal, memiliki rumah tangga yang islami, terwujudnya masyarakat madani dan bangsa yang bermartabat dalam bingkai ridha Allah SWT.

Tidak ada komentar: