"SALING BERBAGI DAN MENGASIHI MENCARI RIDHO ILLAHI"

MELATIH ANAK MANDIRI

MELATIH ANAK MANDIRI SEJAK DINI
Anak usia 0-6 tahun perilaku dan perkembangannya sangat dipengaruhi oleh faktor intern yaitu orangtuanya.
Saat anak berusia tiga-empat bulan sebenarnya sudah dapat diajarkan untuk mandiri. Ini dapat dilakukan dengan membiarkannya berlatih tengkurap. Dengan tidak membantu melakukan hal tersebut, tapi hanya menyemangati dan berikan applaus saat anak berhasil dapat membentuk kemandirian anak.
Pada usia enam-tujuh bulan saat anak belajar
duduk pun kemandirian tetap harus diterapkan. Bahkan hingga anak beranjak besar pada usia 11-12 bulan di mana dia telah ada pada tahap belajar jalan, tetap harus diajarkan mandiri dengan usahanya sendiri. Saat dia belajar berjalan, taruh mainan di depannya lalu biarkan anak untuk berusaha mengambilnya sendiri. Tak hanya sebatas itu saja, mengajarkan kemandirian pada anak efektif dilakukan saat dia makan. Dengan membiarkannya makan sendiri, meski berantakan, akan menuntutnya untuk senantiasa mandiri.
Orangtua memberikan kebebasan yang bertanggungjawab kepada anaknya. Contohnya ketika anak disuruh memilih antara makan sendiri atau disuapin, anak memilih makan sendiri dimeja makan bersama kedua orangtuanya. maka anak akan menirukan perilaku makan kedua orangtuanya. Dengan demikian mereka menjadi anak yang mandiri sejak usia dini. Dengan kemandirian, anak akan lebih mudah distimulasikan perkembangan aspek-aspek kecerdasan lainnya (multiple intelligences).
Seperti yang dikatakan Glenn Doman, seorang ahli perkembangan anak, perkembangan otak manusia paling pesat terjadi pada usia 0 sampai 7 tahun dan bisa dicapai secara optimal apabila diberi stimulasi yang tepat.
Oleh karena itu, orangtua sebaiknya mengajak si anak untuk mengikuti program Kelompok Bermain (Playgroup) sejak anak berusia 2 tahun. Pendidikan prasekolah (Playgroup dan TK) dianggap penting karena memberikan fondasi yang kuat untuk jenjang pendidikan selanjutnya.
Berikut, beberapa pertimbangan praktis dalam memilih pendidikan prasekolah yang tepat:
1.      Rancangan Program
2.      Program yang diterapkan harus terarah dan sesuai dengan kelompok usia anak sehingga dapat mengoptimalkan perkembangan anak secara fisik (physical development), perkembangan intelektual (intellectual development), perkembangan sosial-emosional (social-emotional development) maupun optimalisasi kemampuan anak dalam berkomunikasi untuk mengekspresikan keinginannya (language development). Pada usia prasekolah, tingkat perkembangan masing-masing anak berbeda. Keempat perkembangan dasar tersebut harus distimulasikan secara seimbang dalam bentuk kegiatan “belajar sambil bermain” dalam proses yang komunikatif dan penuh kasih sayang, sehingga anak-anak merasa betah di sekolah.
Program prasekolah akan makin lengkap jika ada program kunjungan (excursion) ke tempat-tempat yang menarik, seperti pengenalan alam dan binatang. Hal ini penting untuk menambah wawasan dan mengembangkan imajinasi anak.
3.      Rancangan Aktivitas
4.      Dalam usia prasekolah, anak-anak umumnya cepat bosan pada aktivitas yang diberikan. Aktivitas sebaiknya dirancang bervariasi dalam bentuk indoor activities (di dalam ruangan) dan outdoor activities (di luar ruangan). Aktivitas di dalam ruangan difokuskan untuk melatih konsentrasi, menstimulasi daya imajinasi dan menumbuhkan kreativitas serta logika berpikir anak. Selain itu, indoor activities bermanfaat untuk melatih disiplin anak dalam kebiasaan sehari-hari, seperti membiasakan merapikan mainannya sendiri, makan sendiri, mengangkat piring makannya ke trolley yang telah disediakan (dikenal dengan pendekatan Montessori).
Aktivitas di luar ruangan difokuskan untuk optimalisasi perkembangan fisik dan sosial-emosional anak, seperti berlari, bermain ayunan, perosotan, bermain pasir, melatih anak untuk bersosialisasi dengan sesamanya, dan bermain air di kolam renang yang juga merupakan aktivitas yang sangat digemari anak. Suasana yang nyaman dan menyenangkan akan membuat anak-anak tidak cepat bosan dalam meniti hari-harinya bermain sambil belajar di sekolah.
3. Fasilitas dan Alat Bantu Bermain
Perhatikan fasilitas yang dimiliki, seperti gedung sekolah, ruang kelas, sarana dan prasarana yang mendukung aktivitas anak. Pada usia prasekolah, merupakan saat anak-anak mulai menunjukkan kebolehannya melakukan sesuatu yang diinginkan. Keseimbangan fisik anak belum stabil, sehingga sering terjadi anak-anak terjatuh atau terpeleset saat bermain. Oleh karena itu, kegiatan prasekolah tidak dilakukan di gedung bertingkat untuk mengurangi risiko terjatuh di tangga yang dapat berakibat fatal terhadap perkembangan fisiknya. Bahkan dapat mengakibatkan cedera otak yang dampaknya akan terlihat dalam jangka panjang.
Anak-anak memerlukan ruang gerak yang leluasa saat bermain di luar ruangan. Yakinkan, apakah sekolah memiliki halaman bermain yang cukup luas untuk aktivitas di luar ruangan? Perhatikan juga alat bantu bermain yang digunakan, dari segi ukuran harus sesuai dengan usia anak dan aman dari segi kesehatan dan keselamatan anak. Misalnya (i) ukuran mainan tidak terlalu kecil untuk usia bayi dan toddlers (usia di bawah 2 tahun) karena akan sangat berbahaya apabila tertelan, dan (ii) bahan-bahan seperti krayon dan plastisin tidak boleh mengandung bahan pewarna toxic yang berbahaya bagi kesehatan karena ada kemungkinan dimakan mereka.
4. Rasio Jumlah Anak dan Guru
Rasio jumlah anak dan guru/pengasuh penting diperhatikan, karena berpengaruh terhadap kualitas pengasuhan dan pendidikan. Untuk program pengasuhan bayi usia di bawah 1 tahun (nursery), perbandingan ideal adalah seorang pengasuh mengasuh seorang bayi (1:1); program toddlers (1-2 tahun) perbandingannya seorang pengasuh mengasuh 4 anak (1:4); program playgroup (3-4 tahun) seorang pengasuh untuk 8 anak (1:8); program TK, idealnya seorang guru membina 10 anak (1:10). Karakter pengasuh juga amat menentukan keberhasilan program ini. Karena itu, pengasuh hendaknya sabar dan mampu memerankan diri sebagai orangtua siswa, sehingga anak-anak merasa nyaman dan terlindungi.
5.      Lamanya Waktu di Sekolah
Pengalaman menunjukkan, makin pendek waktu sekolah dan/atau makin jarang anak-anak mengikuti program dalam seminggu, makin stres mereka dalam mengikuti program prasekolah. Ini terjadi karena faktor psikologis, yakni anak harus melakukan proses adaptasi dengan lingkungan sekolahnya. Misalnya: (i) jika program prasekolah hanya dilaksanakan 2 jam sehari, maka pada saat naluri keberanian anak mulai muncul, ternyata anak sudah harus pulang karena bel tanda pulang sudah berbunyi; dan (ii) jika program prasekolah yang hanya 3 kali seminggu menyebabkan anak harus mengulangi proses adaptasinya tiap kali datang ke sekolah karena kemarinnya mereka libur. Kedua hal tersebut akan menghambat kemandirian anak sehingga kelihatannya tidak ada kemajuan. Karena itu, pilihlah lembaga pendidikan prasekolah yang memiliki program dengan jumlah kehadiran di sekolah lebih rutin dan waktu di sekolah yang lebih panjang, dengan syarat suasana harus nyaman dan menyenangkan dengan berbagai pilihan program menarik.
6.      Pemeriksaan Kesehatan
Kesehatan sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak. Carilah kejelasan apakah prasekolah yang dipilih menyediakan fasilitas pemeriksaan kesehatan secara rutin oleh tenaga medis (dokter).
7.      Pengelolaan
Sukses tidaknya sebuah kegiatan sangat ditentukan kemampuan manajerial pengelolanya. Pengelola prasekolah harus memiliki pengetahuan memadai tentang pendidikan prasekolah dan juga memiliki talenta sebagai figur yang disenangi anak-anak. Carilah informasi tentang pengelola prasekolah yang diinginkan. Apakah memiliki latar belakang pendidikan prasekolah dan komitmen yang kuat kepada dunia pendidikan? Apakah pengawasan dilakukan secara langsung oleh pihak pengelola?

1 komentar:

Unknown mengatakan...

salam kenal ..
Terima kasih ya.. sangat mudah di pahami.. dan makin paham soal kemaun anak. tapi untuk beli kaos kaki bayi dimana ya sialnya ini lagi butuh..
Trims dan moga sukses