PEMIMPIN MASA DEPAN
Pembaca yang dirahmati Allah SWT, pada
kesempatan kali ini kita akan membahas tentang keistimewaan anak Yatim, kenapa
anak Yatim istimewa? Karena kita semua tahu bahwa pemimpin umat islam bahkan
pemimpin para nabi dan pemimpin seluruh umat yaitu Nabi Muhammad SAW, berangkat
dari keluarga yang sederhana dan tumbuh besar tanpa ada dampingan dari orang
tua kandungnya melainkan tumbuh kembang bersama paman beliau. Maka dari itu
pada kesempatan yang baik ini kita akan mengulasnya melalui media silaturahmi
kita, Buletin Bina Insani.
Pembaca yang budiman, kita semua tak
bosan-bosan terus membaca kisah-kisah kehidupannya, memperbanyak Shalawat,
membedah ajaran-ajarannya serta terus mengggali motivasi dan inspirasi
perjuangannya untuk mengeluarkan umat manusia dari kubangan zaman kegelapan (Jahiliyyah).
Nabi Muhammad Saw diutus Allah SWT dengan
membawa ajaran baru berupa, agama tauhid, sebagai penyempurna akhlak (moral),
pembawa risalah kebenaran dan keadilan serta
mengembalikan harkat semua manusia sebagai makhluk mulia dan berderajat sama
(sejajar). Muhammad SAW juga mengajarkan tatanan kehidupan sosial yang
ideal dan bermartabat dengan menghormati dan mengutamakan kerukunan,
perdamaianan, toleransi, kasih sayang dan persaudaraan antar umat manusia, apapun
latar belakang yang dimilikinya.
Rasulullah
SAW juga telah menancapkan fondasi kepemimpinan yang sangat kokoh, ideal dan
bersifat kontekstual sepanjang masa. Nabi Muhammad adalah sosok pemimpin
sejati, baik sebagai pemimpin agama maupun sebagai pemimipin Negara.
Nabi Muhammad SAW telah mewariskan tauladan
kepemimpinan sepanjang masa yang dapat dijadikan inspirasi, motivasi dan
rujukan dalam kepemimpinan di era modern saat ini, dan pada kenyataanya
beliaulah suri tauladan yang paling sempurna untuk dijadikan tolok ukur bagi
seluruh umat manusia.
Tauladan Kepemimpinan yang diwariskan
Rasulullah SAW diantaranya :
Pertama, Konsisten (istiqamah)
Membela yang Benar. Dalam menjalankan kepemimpinannya,
Rasulullah SAW adalah figur yang sangat kokoh dan kuat dalam memegang prinsip
perjuangan. Setiap menyampaikan berita kebenaran dan kebaikan
Rasulullah SAW pantang menyerah, tidak mudah terpengaruh terhadap
kondisi dan kompromistis terhadap berbagai godaan dan rintangan
yang menghadang.
Ketika para penentangnya yaitu kaum Kafir
Quraisy berusaha membujuk Rasulullah agar menghentikan misinya menyebarkan
prinsip-prinsip ketauhidan, kebaikan, kebenaran dan keadilan dengan barter
atau kompensasi untuk diberi kedudukan yang tertinggi, harta yang
melimpah dan wanita mempesona, ternyata beliau tidak sedikitpun menyurutkan
langkahnya untuk terus menyiarkan berbagai kabar kebenaran dan
keadilan secara hakiki. Rasulullah SAW adalah pemimpin yang tegak dan konsisten
membela yang benar apapun konsekuensinya, bukan tipe mayoritas pemimpin
yang mudah buta mata dan hatinya dengan lebih membela yang memberikan
kekuasaan dan kesenangan sesaat. Karena kekuasaan dan kesenangan yang hakiki hanyalah milik Allah SWT.
Kedua, Konsisten Menegakkan Keadilan.
Rasulullah SAW adalah sosok pemimpin yang kokoh, lurus dan tidak
diskriminatif dalam menegakkan keadilan. Keadilan hukum dijalankan secara
transparan dan tidak mengenal kompromi, apalagi pilih kasih, terutama terhadap
orang-orang dekat dengan beliau bahkan kepada keluarganya. Sebagai wujud
ketegasan Rasulullah SAW dalam menegakkan keadilan hukum tercermin dalam
pernyataan beliau yang tetap aktual hingga hari ini, yaitu;
“ Seandainya Fatimah (Putriku) ketahuan terbukti
mencuri, maka aku sendirilah yang akan memotong tangannya”.
Ketegasan dan keadilan hukum yang telah
dijalankan Rasulullah seharusnya menjadi tolok ukur dan tauladan terhadap model
kepemimpinan saat ini, yang berbanding terbalik dengan contoh beliau yaitu mudah
bersikap tegas dan keras terhadap rakyat kecil dan pihak-pihak yang berada
diluar lingkaran kekuasaan, tetapi sangat lunak, kompromistis dan tumpul
terhadap orang-orang yang punya banyak uang, kalangan keluarga dan
yang berada dilingkaran kekuasaan.
Ketiga, Jujur dan Sederhana,
Rasulullah SAW adalah figur pemimpin yang selalu jujur dalam memimpin umatnya,
tidak pernah merekayasa kebenaran dan keadilan, selalu menyampaikan yang benar
adalah tetap benar dan yang salah adalah pasti salah, apapun resiko yang
dihadapinya. Sebagai pemimpin agama dan Kepala negara, Rasulullah SAW dan
keluarganya juga hidup sangat sederhana, sekedar cukup untuk memenuhi kebutuhan
pokok sehari-hari dan tidak pernah menumpuk harta bendanya dengan alasan apapun.
Sebagai pemimpin yang memiliki otoritas sangat
luas dan besar, Rasulullah SAW tidak pernah menjadikannya sebagai
media atau aji mumpung untuk mengeruk atau menumpuk-numpuk harta
benda dan kemegahan duniawai. Hal ini terbukti, ketika Rasulullah SAW wafat
maka tidak banyak atau sangat sedikit harta benda yang bisa diwariskan kepada
keluarganya, begitu pula para nabi yang terdahulu Seperti yang tersirat dalam
Al Qur’an yang artinya:
“Adakah kamu hadir ketika Ya'qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika
ia berkata kepada anak-anaknya: "Apa yang kamu sembah sepeninggalku?"
Mereka menjawab: "Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu,
Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk
patuh kepada-Nya".
Rasulullah SAW justru mewariskan kemuliaan
akhlak kehidupan, Al Qur’an dan Al Hadits yang terus dibaca dan
dipelajari ratusan juta manusia setiap harinya. Inilah warisan terbaik
dan termahal yang diberikan pemimpin terbesar sepanjang zaman
kepada umatnya.
Keempat, Pemimpin yang Rendah Hati.
Walaupun Rasulullah SAW menjadi pemimpin besar dan memiliki otoritas luas,
dirinya tidak pernah menunjukkan dirinya sebagai pribadi yang sombong, arogan,
tinggi hati, anti kritik dan selalu ingin menang sendiri. Rasulullah
adalah pemimpin yang rendah hati yang tidak pernah menggunakan posisinya untuk
menakut-nakuti, menekan dan menindas orang lain agar mengikuti seluruh kehendaknya.
Dalam menjalankan amanat kepemimpinan Rasulullah SAW selalu menjalankan
musyawarah untuk mencari jalan terbaik serta posisinya yang penting
dan sentral justru dijadikan sarana berjuang secara maksimal untuk melindungi
dan melayani umat (rakyatnya).
Kelima, tidak serakah (rakus) dan tidak
hidup mewah. Rasulullah SAW adalah pemimpin yang sangat
berhati-hati dan tidak rakus dalam memanfaatkan anggaran negara. Rasulullah SAW
justru memakai banyak harta pribadinya untuk menopang perjuangan sehingga harta
lebih banyak yang dikorbankan (disedekahkan) untuk kepentingan umat.
Kepemimpinan Rasulullah SAW sangat jauh dari perilaku kolusi, korupsi dan
nepotisme (KKN), sehingga jasa beliau yang begitu besar terhaadap seluruh umat
sampai-sampai tidak bisa ukur besarnya dan tidak bisa dihitung jumlahnya.
Sebagai seorang Raja (pemimpin negara)
Rasulullah SAW tidak bertahta di singgasana yang megah dan mewah tetapi lebih
“bertahta” dalam jiwa dan hati rakyatnya. Sebagai Kepala Negara, kehidupan
Rasulullah sangat jauh dari kemewahan, bahkan pakaiannyapun sering
“ditambal” dengan tangannnya sendiri sehingga pribadi dan keluarganya
“menyatu” dalam kebersamaan hidup rakyatnya.
Kenyataan seperti itu sangat sulit untuk di
praktekan dizaman sekarang, lebih banyak sekarang ini adalah dimana kondisi
kehidupan pemimpin dan rakyatnya sangat jauh berbeda, bagaikan bumi dan langit dimana
kebanyakan rakyatnya hidup miskin dan menderita, tetapi para pemimpinnya hidup
sangat mewah, megah dengan bergelimang
harta.
Itulah praktik kepemimpinann Rasulullah SAW yang
menjadi tauladan kepemimpinan sepanjag masa. Tauladan
kepemimpin Rasulullah ini selalu kontekstual, membumi dan ideal untuk
diaplikasikan dalam spirit dan watak kepemimpinan saat ini agar
dapat selamat dunia akhirat. Para pemimpin harus sadar bahwa kepemimpinan
Rasulullah SAW adalah potret kepemimpinan ideal dan “menyelamatkan”
karena tidak pernah digugat apalagi dituntut mundur oleh rakyatnya
sehingga khusnul khatimah serta terbebas dari beratnya hisab
(perhitungan) atas amanat kepemimpinan dihadapan pengadilan Allah SWT.
Pembaca yang budiman, spirit demikianlah yang
lebih penting untuk bisa direalisasikan dalam konteks kehidupan serta
kepemimpinan dimasa sekaraang ini, yang memerlukan sosok seorang pemimpin yang
adil dan mendengarkan, menanggapi, memenuhi kebutuhan rakyatnya yang masih
serba kekurangan.
Pembaca yang dirahmati Allah SWT, inti pada
pembahasan kali ini adalah memberikan aspirasi, semangat dan contoh konkrit
kepada kita semua secara khusus kepada anak – anak yatim, yang mereka sudah
tidak lagi merasakan kasih dan sayang dari orang tuanya, akan tetapi tidak
semua anak yatim mempunyai gambaran masa depan yang suram, sejarah membuktikan
pemimpin seluruh umat dan sebagai suri tauladan kita, beliau Rasulullah
ternyata juga berasal dari anak yatim bahkan yatim piatu, yang tidak lagi
mendapatkan kasih sayang dari kedua orang tuanya.
Pembaca yang budiman, anak yatim bukanlah anak
yang harus dikucilkan, melainkan harus kita jaga, kita rawat dan kita didik
layaknya anak kita sendiri sehingga dapat tumbuh kembang layaknya anak yang
masih mempunyai kedua orang tua. Kita sudah sering mendengar, membaca di dalam
Al Qur’an yang kita diperintahkan untuk menjaga dan mengayomi anak-anak yatim.
Dan sudah menjadi sunatullah bahwa anak yatim merupakan Pemimpin masa depan
yang amanah.
Pembaca setia buletin Bina Insani, begitulah
ulasan singkat mengenai karakter seorang pemimpin dan masa depan anak yatim
yang nantinya akan menjadi pemimpin masa depan yang adil. Semoga kita dapat
mengambil hikmah dari apa yang telah di bahas diatas dan semoga kita selalu
diberikan rahmat, hidayah serta inayah-Nya sehingga kita terbebas dari siksa
neraka dan dimasukan kedalam surga Allah SWT. Amin...!
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar